Air di Mars. Foto: NASA
Mars, planet merah yang jauh dari Bumi, telah lama menjadi subjek perdebatan dan penelitian mengenai keberadaan air. Air adalah elemen krusial untuk kehidupan, dan penemuan air di Mars membuka pintu untuk mengeksplorasi potensi keberadaan kehidupan masa lalu atau bahkan masa kini di planet tersebut.
Artikel ini mengulas berbagai bukti dan temuan tentang air di Mars, dari sejarah pengamatan hingga riset terkini, serta implikasinya untuk misi penjelajahan dan pencarian kehidupan.
Sejarah Pengamatan Air di Mars
Sejak abad ke-18, para astronom menyadari adanya es di kutub Mars dan awan yang menandakan uap air. William Herschel pada 1784 memprediksi Mars memiliki situasi mirip Bumi dengan keberadaan air. Namun, pemikiran ini mengalami perubahan dramatis pada abad ke-19 dan 20, saat pengamatan menunjukkan Mars lebih dingin dan kering, dengan atmosfer tipis yang sulit mendukung air cair di permukaan.
Fenomena "kanal Mars" yang diilustrasikan oleh Percival Lowell pada akhir abad ke-19 dianggap karya warga Mars, meski akhirnya terbukti keliru. Pengukuran atmosfer oleh misi Mariner 4 pada 1965 mengonfirmasi tekanan atmosfer Mars sangat tipis (kurang dari 1% tekanan laut di Bumi), yang menyebabkan air cair tak stabil dan cepat menguap atau membeku.
Baru pada dekade pertama abad ke-21, dengan ditemukannya bukti sungai kuno, danau, dan kandungan es dari berbagai misi luar angkasa, citra Mars sebagai planet yang pernah kaya air mulai terbentuk kembali.
Bentuk-bentuk Air di Mars
1. Es di Kutub dan Bawah Permukaan
Mars memiliki lapisan es permanen di kedua kutubnya: es karbon dioksida (dry ice) dan es air. Kutub utara terutama terdiri dari es air yang tahan musim panas, sedangkan kutub selatan ditutupi oleh es karbon dioksida musim dingin dengan lapisan es air di bawahnya.
Selain itu, data radar dari misi Mars Express dan Mars Reconnaissance Orbiter mengungkap lapisan es bawah tanah yang luas di mid-latitude (lintang menengah), kadang ekspos di tebing curam setelah tumbukan meteorit. Beberapa wilayah seperti kawah Korolev bahkan memperlihatkan gundukan es setebal lebih dari satu kilometer, menunjukkan cadangan air beku yang cukup besar.
2. Potensi Air Cair Tersembunyi
Temuan radar juga mengindikasikan kemungkinan adanya danau subglasial di bawah lapisan es kutub selatan, dengan ukuran mencapai puluhan kilometer. Keberadaan cairan ini diduga berasal dari pencairan es bercampur garam seperti perchlorate yang menurunkan titik beku air.
Lebih mengejutkan, analisis data seismik yang direkam oleh pendarat InSight pada 2024 menunjukkan bukti air cair yang terperangkap jauh di kedalaman 10–20 kilometer di bawah permukaan Mars, jumlahnya diperkirakan cukup untuk menutupi seluruh permukaan Mars dengan kedalaman beberapa ratus meter. Temuan ini membuka perspektif baru tentang siklus air bawah tanah di Mars dan potensi hati-hati keberadaan habitat bagi kehidupan mikrobial.
3. Bukti Air Cair di Permukaan dan Aktivitas Terkini
Walau tekanan atmosfer Mars sangat rendah hingga air murni tidak tahan lama di permukaan, ada bukti bahwa garam-garam hidrasi (brine) dapat membentuk larutan air cair stabil untuk waktu singkat, terutama di lereng curam beberapa kawah.
Fenomena recurrent slope lineae (RSL), yakni garis-garis gelap yang muncul dan menghilang musiman di lereng Mars, diduga hasil aliran air asin cair yang menguap secara berkala. Namun, masih ada kontroversi apakah RSL ini benar air cair atau hanya pasir bergerak akibat faktor lain seperti sublimasi es karbon dioksida.
Bukti Geomorfologi dan Mineralogi Keberadaan Air
1. Sungai, Lembah, dan Danau Purba
Citra dari berbagai misi memperlihatkan lembah bercabang (dendritik) dan saluran besar hasil banjir hebat yang membentuk lanskap. Beberapa kawah menampung deposit delta dan cekungan danau, seperti di Gale Crater yang disinggahi rover Curiosity, menandakan pernah ada danau segar dengan aliran air yang cukup deras.
Salah satu danau purba terbesar adalah Eridania, yang luasnya diperkirakan lebih besar dari Laut Kaspia di Bumi dan mengandung mineral hasil aktivitas hidrotermal, memperbesar ketertarikan terhadap kemungkinan habitat kuno bagi kehidupan mikrob.
2. Mineral Aqueous dan Alterasi Hidrotermal
Keberadaan mineral berhidrasi seperti phyllosilicate (clay), sulfates, karbonat, serta mineral hasil alterasi serpentinisasi menunjukkan interaksi batuan Mars dengan air cair di masa lalu. Reaksi kimia ini tidak hanya menyimpan air dalam struktur kristal mineral, tetapi juga menjadi indikator kondisi lingkungan kuno seperti pH, oksidasi, dan suhu yang pernah ada.
Evolusi Air dan Iklim Mars
Studi isotop hidrogen (rasio deuterium terhadap hidrogen biasa) menunjukkan bahwa Mars kehilangan sebagian besar air awalnya ke luar angkasa dan mungkin juga menyimpan sejumlah besar air dalam mineral-mineral di keraknya. Model iklim Mars berdasarkan variasi kemiringan sumbu rotasi (obliquity) menjelaskan siklus pembentukan dan penguapan lapisan es yang berpindah dari kutub ke lintang menengah secara periodik. Mars telah mengalami berulang kali periode glasiasi dengan perubahan distribusi air dan es di permukaan.
Implikasi untuk Habitabilitas dan Eksplorasi Masa Depan
Kehadiran air, baik dalam bentuk es atau potensi air cair bawah tanah, membuka peluang bahwa Mars pernah atau bahkan masih dapat mendukung kehidupan mikrobial. Namun, tantangan radiasi, suhu ekstrem, dan keberadaan garam pengoksidasi seperti perchlorate membuat lingkungan permukaan Mars menjadi sangat menantang bagi kehidupan.
Misi seperti rover Spirit, Opportunity, dan Curiosity berhasil menemukan bukti mineral dan formasi geomorfologi yang mendukung adanya air dan lingkungan basah pada masa lalu. Misi Phoenix langsung mengonfirmasi keberadaan es air dekat permukaan di lintang tinggi utara. Program ExoMars dan rover Perseverance fokus mengekstrak sampel dan mencari biosignatur di bawah permukaan.
Penemuan air dalam berbagai bentuk menarik untuk pengembangan rencana kolonisasi masa depan sebagai sumber air bagi astronot dan sebagai faktor penting dalam menetapkan Mars sebagai "planet kedua" bagi umat manusia.
Penutup
Air di Mars bukanlah sekadar angan-angan, melainkan kenyataan yang didukung oleh berbagai instrumen dan pengamatan selama puluhan tahun. Meskipun air cair yang stabil di permukaan sangat terbatas saat ini, cadangan es besar dan kemungkinan air cair di bawah tanah memperkuat harapan menemukan jejak kehidupan atau membuka jalan bagi eksplorasi manusia.
Penemuan-penemuan baru terus memandu misi ilmiah dan membuka babak baru dalam memahami sejarah air dan potensi kehidupan di planet merah. Mars bukan lagi hanya planet mati, melainkan dunia yang dinamis dengan riwayat hidrologi yang kompleks dan relevan bagi pencarian kehidupan di luar Bumi.
Dikutip dari en.wikipedia.org